This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 04 April 2011

Kuman - kuman di Seluruh dunia semakin kebal

img
Ilustrasi (dok: getty images)
Washington, Bantuan obat-obatan dari negara kaya terus membanjiri negara-negara miskin yang berjuang mengatasi wabah penyakit. Di sisi lain, mudahnya akses antibiotik dan antivirus memicu peningkatan resistensi kuman secara global.

Dampaknya, jutaan anak di negara berkembang meninggal setiap tahunnya karena obat-obatan lama tidak mampu lagi mengatasi malaria, tuberculosis (TB), AIDS dan penyakit lain. Selain itu, bantuan untuk pengadaan obat-obat terbaru membengkak hingga 1,5 miliar dolar AS sejak tahun 2006.

Dikutip dari Reuters, Rabu (16/6/2010), sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) di AS, Center for Global Development menuding kurangnya perhatian dari negara maju terhadap risiko resistensi sebagai pemicunya. Bantuan yang diberikan dinilai sering berlebihan.

"Resistenti obat pada kuman adalah sesuatu yang alamiah, tetapi kurangnya perhatian dari penyuplai obat dapat mempercepat hal itu," ungkap Rachel Nugent, pimpinan LSM tersebut.

Dalam beberapa tahun belakangan ini, Nugent mencatat akses negara miskin terhadap obat retrovirus untuk HIV/AIDS meningkat 10 kali lipat. Akses obat antimalaria meningkat di atas 8 kali lipat, sedangkan untuk anti-TB peningkatannya lebih besar lagi.

Sementara hasil penelitian membuktikan, ada keterkaitan erat antara ketersediaan obat di suatu wilayah dengan risiko resistensi kuman. Salah satu contoh, di negara-negara dengan tingkat penggunaan antibiotik paling tinggi, 75-90 persen bakteri Streptococcus pneumoniae menjadi kebal terhadap methicillin.

Resistensi atau kekebalan terhadap obat terjadi ketika pengobatan masih menyisakan sekurang-kurangnya satu mikroba yang masih hidup. Mikroba yang tersisa ini kemudian akan bermutasi, dan membiakkan diri sebagai jenis mikroba yang resisten.

Selain faktor ketersediaan, Nugent juga menuding faktor lain yang memicu resistensi. Di antaranya kualitas obat yang buruk, pemalsuan obat, dan juga pengobatan yang tidak tuntas.

Antiseptik Untuk Cucui Tangan

img
foto: Thinkstock
Jakarta, Sabun dan cairan antiseptik merupakan 2 bahan yang paling sering digunakan untuk cuci tangan. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan dalam mengusir kuman, sehingga dalam kondisi tertentu keduanya bisa saling melengkapi.

Prof Dr Djoko Wibowo, DTM&H, SpPD-KPTI mengatakan sabun paling ampuh untuk menghilangkan minyak, lumpur dan pengotor organik yang menempel pada kulit tangan. Sebagian besar mikroba juga bisa dibasuh dengan sabun, namun tidak sebanyak antiseptik.

"Sabun dan air mengalir paling bagus untuk cuci tangan, namun butuh fasilitas khusus seperti wastafel dan sebagainya," ungkap Prof Djoko, ketua Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indionesia (Perdalin), dalam jumpa pers penandatanganan kerjasama antara Perdalin dengan Bayer Schering Pharma dalam mengkampanyekan kebersihan tangan dan pengendalian infeksi di Hotel Intercontinental, Jakarta, Kamis (11/11/2010).

Selain butuh fasilitas khusus yang tentu harganya tidak murah, cuci tangan pakai sabun juga butuh waktu lebih lama yakni 40-60 detik. Karena itu banyak petugas rumah sakit yang menjadi malas untuk cuci tangan, sehingga meningkatkan risiko penularan penyakit.

Cara yang lebih praktis dibangingkan pakai sabun adalah pakai cairan antiseptik berbasis alkohol. Meski tidak bisa menggantikan sabun yang ampuh mengangkat kotoran, namun bahan ini cukup praktis karena kemasannya bisa dibawa ke mana-mana bisa membersihkan tangan dari kuman hanya dalam 20 detik.

Oleh organisasi kesehatan dunia WHO, antiseptik dijadikan standar di rumah sakit dan pusat-pusat layanan kesehatan. Cairan ini mudah ditemukan di samping bed pasien dan dinding-dinding ruang perawatan, bahkan bisa dikantongi oleh dokter atau perawat.

Kombinasi antara sabun dengan antiseptik akan lebih efektif mengangkat kotoran dan kuman-kuman yang berada di permukaan kulit (transient microorganism). Caranya, bersihkan dulu tangan pakai sabun selama 40-60 detik lalu bilas dengan antiseptik selama 20 detik.

Untuk membersihkan kuman-kuman yang bersembunyi di lapisan kulit yang lebih dalam (resident microorganism), butuh teknik tambahan selain mengkombinasikan sabun dan antiseptik. Tekniknya adalah menggosok kulit saat mencucinya pakai sabun dan antiseptik, dengan waktu yang lebih lama yakni 120 detik.
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More